Malam sudah larut, namun gadis itu masih duduk di depan meja belajarnya. Dia meulis kisah-kisahnya dalam sebuah buku harian kecil. “Lho, non?? Kok Non Donita belum tidur?” , “Ah, iya ni bi. Donita belum ngantuk”, jawab gadis itu, namanya Donita. “Besok sekolah lho, non. Bang Jefri aja udah tidur” , “Dikit lagi deh, bi. Nanti pasti Donita tidur kok” , “Yoo wess lah, non. Asal jangan malem-malem ya, non”, ucap Bi Minah, pembantu keluarga ini, mengakhiri pembicaraan. Klek… “Hhhh… Tidur aja deh”.
#####
“Donita!!” , “Huaaa!!” , “Hahahahaha”, tawa abangnya yang usianya hanya berebeda 4 tahun lebih tua dengannya, Bang Jefri, saat melihat Donita terbangun kaget. Dalam sekejap, sebuah bantal mendarat di mukanya. “Apa si, bang?!! Ngantuk tau!” , “Hello nona kecil?? Udah jam berapa ini?? Sekolah ayo!” , “Ya ampun! Aku lupa! Akkhhhh!! Abang keluar cepetan! Donita mau siap-siap”. Dalam hitungan beberapa menit, Donita selesai siap-siap dan sampai di meja makan. Donita segera melahap roti sarapannya dan meraih sepatu sekolahnya. “Buset! Nanti keselek lho” , ”Bodo! Ayo bang! Donita baru inget ada urusan pagi ini”, ucapnya sambil berjalan menuju mobil. Mesin mobil pun dinyalakan. “Berangkat!! Dah bi!” , “Hati-hati, non, bang. Dasar mereka berdua”, ucap Bi Minah sambil tersenyum melihat tingkah dua anak majikannya itu. Tanpa diketahui siapa pun, ternyata Bang Jefri ngebut! Bukannya melarang abangnya itu, Donita malah mendukungnya. Ungtunglah tidak ada polisi yang mereka lewati saat itu. Dalam 10 menit saja, mereka sudah sampai di sekolah Donita
Brakk!! Pintu aula sekolah didobrak oleh seseorang. Wajah orang itu tampak kelelahan setelah habis berlari, namun kecantikannya masih nampak jelas. Tentu saja orang itu Donita. “Donita sayangggg!! Darimana aja lo??” , “Sori, Nat. Telat bangun gue. Hehehe… Udah yuk! Latihannya kita mulai”, ucap Donita sambil memutar lagu untuk latihan cheers nya. Yap ! Donita adalah seorang anggota cheerleader SMU Pelita Indah, kaptennya bahkan! Selain itu, dia juga anak dari pasangan yang tajir banget. Papanya bos sebuah bank internasional. Mamanya merupakan top model Indonesia yang sudah go internasional. Udah cantik, tajir, up-to-date, kapten cheers, popular, pinter (juara umum terus lho) apa yang kurang coba?? Oleh karena itu, banyak banget cowo yang naksir dia. Tapi yang anehnya, dari kelas 10 sampai sekarang kelas 12, ia belum pernah sekalipun punya pacar! Terakhir ia punya pacar saat kelas 9. Semua cowo yang nembak dia, dia tolak. Itu semua karena satu hal. Satu orang yang membuat ia menjadi begini. Gerald. Teman Bang Jefri itulah yang membuatnya jadi begini.
#####
“Maaf ya, Don. Kita cuma bisa sampai disini. Aku gak bisa ngelanjutin hubungan ini, karena aku udah gak sayang lagi sama kamu” , “Oke deh, Stev. Gak apa-apa kok. Aku ngerti”, begitulah kira-kira percakapan terakhirnya dengan Stevanus, cowonya saat di kelas 9. Sejak saat itu, Donita sering ngelamun, jadi sembarangan, gak ngerawat dirinya lagi, dan yang parahnya lagi, sering tidur di kelas dan pelajarannya jadi turun drastis! Dan pada saat itu, ia dipertemukan dengan Gerald. Saat itu, Gerald, teman Bang Jefri, menginap di rumah mereka. Rumah mereka sangatlah luas. Tapi sayang, penghuninya hanyalah 3 orang pembantu, 2 orang supir, dan 2 anak majikan yang sudah sangat sering ditinggal berbulan-bulan oleh kedua orangtuanya yang super sibuk. Jadilah pada malam itu, Gerald menginap di rumahnya. Pada awalnya, Donita merasa biasa saja. Sampai pada suatu hari, Gerald tiba-tiba masuk ke kamarnya, mengagetkan Donita yang sedang menonton tv. “Hey” , “Hai”, ucap Donita dengan bermalas-malasan. “Lo adeknya Jefri kan ? Tapi kok beda si sama yang sering dicritain Jef? Kata Jefri lo manis, tapi kok kusut gitu. Kagak ada manis-manisnya”. Donita langsung melotot melihat teman abangnya yang asal ucap itu. ‘Enak aja dia ngomong! Dia pikir dia siapa?! Kenal aja baru, udah ngomong gitu tanpa perasaan berdosa!’, pikir Donita dalam hati. “Gue pengen deh liat lo yang asli. Gue pengen ngebuktiin kalo kata-kata Jefri itu bener, lo manis. Tapi sayang sih, lo cemberut mulu. Senyum donk” , “Apa si?!”, ucap Donita yang mulai terganggu. “Ya itu si mau gue yaa. Tapi jadi diri sendiri itu lebih enak lho. Dibanding harus jadi orang lain karena sesuatu” , “Apa si yang lo tau tentang gue, Mr. SOK TAU??!”, ucap Donita dengan nada penekanan pada kata ‘sok tau’ nya. “Senyuman lo yang asli, yang tulus dari hati lo. Yang lo tunjukkin pas dateng ke acara malam dana tahun lalu. Inget gak?? Waktu itu lo dateng berdua abang lo. Gue liat lo lagi ketawa sama abang lo. Saat itu, gue lagi jalan mondar-mandir bawa minum, jadi pelayan bareng temen-temen OSIS lain”. Hati Donita saat itu menjadi hangat seketika. Ia tidak tahu perasaan apa ini. Tiba-tiba saja air matanya mengalir. Baru kali ini ada yang bisa membedakan senyuman tulus Donita yang asli atau tidak. Baru kali ini ada yang memerhatikannya sampai sebegitunya. Sejak saat itu lah, Donita menjadi akrab dengan Gerald. Ia selalu merasa nyaman dan tenang saat bersama Gerald. Dan Donita tau akan perasaannya saat itu, dia jatuh cinta pada Gerald. Sampai pada suatu hari, Gerald berkata bahwa ia harus pindah ke Jerman untuk mengambil kuliah akuntansinya. Hati Donita saat itu menjadi sangat sedih. Saat ia dan abangnya mengantar Gerald ke airport untuk perpisahan, Donita berusaha untuk tetap tersenyum. Namun saat sampai di airport, air matanya tidak dapat dibendung lagi. Dan pada saat ucapan perpisahannya, ada satu hal yang membuat hati Donita tak pernah berpaling daripada Gerald, satu hal yang membuat Donita teringat terus akan Gerald, Gerald mencium keningnya dan berbisik di telinganya “Jangan nangis. I’ll come back. Promise. Bye ,Donita”.
#####
“Guyss, tebak gue bawa apa??” , “Surat !!”, teriak Nata dengan penuh semangat. Di SMU Pelita Indah ini memang banyak yang ngefans dan naksir sama anggota cheers, oleh sebab itu banyak para fans mereka yang menyatakan perasaan mereka lewat surat tanpa nama pengirim. Secret Admirer gitu deh. “As usual, punya lo paling banyak, Don”, ucap Saskia sambil membagi-bagikan surat ke teman-temannya. “Taruh di meja gue aja, Sas. Mau makan dulu gue” , “Oke deh. Eh, ada yang menarik nih, Don. Ada salah satu surat lo yang ada nama pengirimnya! OMG! Reza anak IPA 12-5, Don!! Reza anak tercakep satu sekolah ini!”, teriak Saskia seakan-akan dia yang mendapatkan surat itu. “Ah, gak tertarik gue. Hati gue cuma buat seorang yang gak tergantikan” , “Gerald?? Ya ampun, Don! Lo masih mengharapkan orang itu balik dan jadi pacar lo?”, ucap Nata tak percaya. “Iya lah! Kan dia sendiri yang ngomong kalau dia bakal balik” , “Don don. Saran gue ya, mending lo tanggepin perasaan Reza ama lo. Dibanding lo berharap ama Gerald yang gak jelas kayak gimana itu” , “Terserah lo deh ngledekin Gerald apa. Yang pasti, posisi dia gak mungkin tergantikan sama siapapun di hati gue”
#####
“Bang, aku pulang!”, teriak Donita. “Lho, bang?? Ada dimana kau? BANGGG!!” , “Apa si, Don?? Berisik tau!”, balas abangnya dari lantai 2. “Lagian gue panggil kagak dijawab. Ya gue teriak aja. Hehehehe… Udah pulang kuliah lo?” , “Udah donk. Hari ini kan gue kuliah pagi. Jemput temen gue di bandara”, ucap Bang Jefri dengan nada senang. “Temen lo?? Lo punya temen juga ya? Hahahahaha..” , “Punya donk. Kalo gak punya, gue siapanya Jefri donk??”, ucap sebuah suara orang lain yang sekarang berada di samping abangnya, GERALD!! “Hai, Don! Lama kita gak ketemu. Udah dewasa ya lo ckck” , “Gerald!! Sejak kapan lo di Jakarta??” , “Baru tadi. Tadi si Jef yang jemput gue. Hehehehe…”, ujar Gerald sambil cengengesan. ‘Seperti yang gue duga. Dia bener-bener kembali!’, ucap Donita dalam hati. “Don? Don? Woi! Bengong lagi! Makan yuk! Laper nih gue. Ganti baju dulu gih. Hari ini Gerald nginep di rumah kita lagi. Gue ama Gerald nunggu di ruang makan ya”, ucap Bang Jefri sambil melangkah pergi yang diikuti oleh Gerald meninggalkan Donita. Tiba-tiba, seulas senyuman tersungging di wajahnya. Dan dalam sekejap, ia ganti baju untuk makan malam.
Acara makan malam merekan kali ini ramai sekali. Bi Minah masak banyak sekali makanan untuk merayakan kepulangan Gerald. Sejak Bang Jefri pertama kali mengenal Gerald, Bi Minah juga mengenalnya. Oleh karena itu saat Gerald pulang ke Jakarta , Bi Minah senangnya bukan main. Makanya dia masak macam-macam. “Gue sebenernya ke Jakarta bukan cuma sekedar liburan lho. Gue mau ngurus masalah lain” , “Ngurus apa, kak?”, tanya Donita antusias. “Ngurus acara pertunangan gue ama Gladys. Lo inget gak, Jef? Gladys yang dulu temen kita pas sd itu lho. Di Jerman, gue ketemu dia lagi. Trus gue pacaran deh sama dia” , “Dan akhirnya lo mutusin buat tunangan sama dia?” , “Sebenernya bukan Cuma gue si yang mutusin hal itu. Tapi dia, keluarganya, dan keluarga gue juga yang mutusin. Karena masi muda, jadi tunangan aja dulu”. Klontaannggg… Sebuah sendok tiba-tiba jatuh ke lantai. “Don?” , “Ah, aku nggak apa-apa kok. Aku udah kenyang”, Donita segera berlari menuju kamarnya. Dia menangis. Dia sudah lama mengharapkan kembali kehadiran Gerald di hidupnya. Dan saat itu terjadi, semua tidak sesuai harapannya. Gerald memang datang kembali ke hidupnya, tapi bukan untuk memenuhi janjinya pada Donita, tapi untuk mengurus pertunangannya dengan orang lain. Hati Donita terasa perih dan hancur saat itu. Ia merasa bodoh karena sudah mengharapkan hal yang sia-sia. Seharusnya ia tidak pernah bermimpi tentang itu. Ia sungguh menyesal. Dalam sela tangisnya, tiba-tiba hp nya berdering. “H…h…a…lo…” , “Halo. Don? Lo kenapa?”, jawab suara di seberangnya. “Ah, gue nggak apa-apa kok, Za” , “Bohong. Gue bisa tau lo lagi nangis dari suara lo. Lo kenapa, Don?”, ucap suara dari teleponnya yang ternyata adalah Reza. “Kan tadi gue udah bilang. Gue nggak apa-apa, Za” , “Terserah lo deh lo bilang apa. Tapi gue cuma pengen satu hal, denger suara hati lo saat ini. Lo gak perlu jaim di depan gue. Gue lebih suka lo apa adanya”, saat itu juga, hati Donita terasa bagai tersentuh sebuah kehangatan. Kejadian ini persis 3 tahun yang lalu. Namun kali ini bukan Gerald lah yang menenangkannya, tapi Reza. Seseorang yang tak pernah Donita bayangkan akan menghangatkan hatinya sehangat ini. “Gue boleh cerita sama lo, Za?” , “Dengan senang hati gue dengerin, Don”. Malam itu, Donita menceritakan semuanya kepada Reza. Malam itu, Donita menjadi sangat lega, lega sekali. Dan pada malam itu juga, Donita tau bagaimana Reza mencintainya.
#####
“Jadi ceritanya lo sekarang akrab sama Reza ni?”, ucap Saskia meledek Donita. “Yaaa gitu dehh. Baru 4 bulan kok gue akrab sama dia” , “Terus si Gerald? Kemana dia akhirnya?” , “Bulan lalu kan dia nyelenggarakan pesta pertunangannya. Gua sama abang gue dateng-dateng aja. Lagian kan , gue udah ngelupain dia. Hehehehe”, ucap Donita dengan wajah berseri. “Kan udah ada Reza ya, Don?? Hahahaha”, ledek Nata yang langsung diikuti timpukan kacang dari Donita. Kreettt… “Ups, maaf. Gue boleh ngomong bentar nggak sama Donita?”, tanya Reza kepada anak-anak cheers yang lagi pada ngumpul itu. “Tentu aja boleh donk, Za. Dengan senang hati. Sana, Don! Reza mau ngomong tuh”, ucap Saskia yang senang meledek Donita itu. “Bentar ya semuanya” , “Lama juga nggak apa-apa kok, Don”, teriak Nata yang langsung dibalas dengan pelototan Donita. Klek. Pintu ditutup.
Reza mengajak Donita untuk ke kantin. “Mau ngapain, Za? Nraktirin gue ya?”, ucap Donita kepedean. “Pede banget si. Gini, gue mau ngomong”. Tiba-tiba, tangan Reza menggenggam jemari Donita. Erat tapi penuh kasih sayang. “Don, gue pengen bisa ngelindungin lo. Gue pengen bisa buat menyayangi lo. Lo mau gak terima gue jadi cowok lo? Gue harap si lo mau, soalnya gue sayang banget sama lo”. Donita terdiam. Dia memang sudah sering mendengar kata-kata ini terucap dari berpuluh-puluh cowok yang menembaknya. Tapi untuk yang kali ini, dia merasakan sesuatu yang berbeda. Dia merasakan ketulusan hati Reza dalam kata-katanya itu. Dan akhirnya Donita menjawab, “Ya. Gue mau jadi pacar lo”. Saat itu juga, Reza langsung memeluk Donita erat. Donita belum pernah merasa sebahagia ini. Reza adalah orang yang tak pernah masuk dalam daftarnya. Namun, Reza selalu muncul disaat ia membutuhkannya. Rezal jugalah yang membawanya keluar dari keterikatan masa lalunya. Peristiwa malam itu menunjukkan, bahwa orang yang selama ini ditunggunya bukanlah Gerald, tapi Reza. Reza bagaikan pelangi di tengah kegelapan baginya.
0 komentar:
Posting Komentar